Korban Gempa Mulai Terserang Penyakit

Gempa Aceh. Cuaca dingin dan hujan yang turun sejak Selasa membuat para pengungsi kedinginan. Lantai tenda pengungsian pun basah.

Selain harus tidur di tempat yang kurang layak, suasana psikologis yang masih trauma juga membuat anak-anak pengungsi itu mudah sekali drop kesehatannya.

Di masing-masing lokasi pengungsian tak tersedia dapur umum. Pengungsi terpaksa pulang ke rumah untuk memasak makanan. "Oleh pemerintah kami hanya diberi mi instan dan ikan kaleng saja. Lalu masak sendiri. Tak ada bantuan yang lain," kata Ilmayanti (17), warga Desa Mane.

"Bantuan selimut dan tikar tempat tidur belum ada. Kami saat ini baru memprioritaskan menempatkan tenda. Untuk bantuan yang lain, termasuk medis masih belum," ujar M Nasir, Staf Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie.

Sejumlah pengungsi korban gempa berkekuatan 6,0 skala Richter (SR) di Aceh di Kecamatan Mane mulai terserang penyakit. Umumnya mereka menderita demam, flu, dan sakit perut, terutama anak-anak dan pengungsi lanjut usia.

"Sejak malam pertama setelah gempa itu, dua anak saya langsung sakit. Di sini dingin, kalau hujan lantainya basah semua," kata Nyak Alut (48), warga Desa Mane, Kecamatan Mane, Pidie, yang mengungsi di sebuah bangunan terbuka di Kompleks Kantor Camat Mane, bersama tiga keluarga lainnya.

Ilmayanti (17), mengatakan, adiknya yang berumur 9 tahun kini juga mengalami demam setelah tinggal di pengungsian sejak 2 hari terakhir. Adiknya itu lebih banyak menghabiskan waktu tiduran dengan menutup mukanya dengan selimut agar tak sering melihat atap rumah.

"Bantuan obat-obatan belum ada. Dari kemarin baru dibantu tenda, mi instan, dan makanan kaleng saja. Padahal, di sini banyak anak-anak dan lansia yang membutuhkan juga bantuan selimut dan obat-obatan," kata Hamidi (55), warga Desa Mane, yang turut mengungsi di tenda pengungsia SD Turue.

Sayangnya, Hingga Kamis (24/1/2013) siang, bantuan obat-obatan belum ada untuk mereka. Cuaca yang dingin, hujan, serta alas tidur yang basah membuat mereka rawan terserang penyakit.

"Dia masih trauma. Akibatnya, lebih sering tidur dan kurang suka makan. Sekarang dia sakit seperti ini," kata Ilmayanti yang juga tinggal di pengungsian di Kantor Camat Mane.

Di tenda pengungsian SD Turue, Mane, sejumlah lansia mulai mengalami flu. Udara pegunungan yang dingin, hujan, dan keterbatasan selimut dan baju hangat membuat mereka mudah terserang flu. Terlebih, ketahanan fisik mereka umumnya menurun.

Di Mane ada empat lokasi pengungsian, yakni di SD Simpang Turue sebanyak 16 keluarga (61 jiwa), Kantor Kecamatan Tangse sebanyak 20 keluarga (70 jiwa), Masjid Simpang Turue 17 keluarga (63 jiwa), dan Kampung Baru sekitar 20 keluarga (90 jiwa).

No comments:

Post a Comment