Akibat Kelicikan Yahudi Zionis Masjid Ibrahim dirubah menjadi Sinagong

Berita Dunia Islam Hari ini. Kebiadaban Zionis kembali terlihat kala Otoritas Israel juga telah menutup Masjid tersebut pada hari Sabtu dan Minggu lalu (19-20), yang bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Penutupan tersebut membuat umat Islam tidak dapat melaksanakan sholat Ied setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan.

Masjid Ibrahimi adalah sebuah situs yang dipenuhi ketegangan karena adanya 5.000 orang pemukim Israel yang menginvasi al-Khalil sejak akhir tahun 1970an dan mengambil alih bangunan yang dibangun di kota berpenduduk 250.000 orang Palestina tersebut.

Para pemukim Yahudi radikal seringkali mengotori Masjid Ibrahimi dan membuat kerusuhan serta mengganggu Muslim yang tengah beribadah di dalamnya.

"Seluruh ajaran agama melarang adanya penodaan terhadap tempat suci," kata Al-Jabari, ia menyebut larangan terhadap Muslim untuk memasuki kompleks Masjid tersebut sebagai pelanggaran hukum intenasional yang membebaskan akses menuju tempat-tempat suci.

Masjid tersebut terletak di zona H2 di Hebron, yang berada dibawah kendali langsung dari pasukan militer Israel. Meski terletak di jantung kota, H2 juga menjadi zona dimana terdapat ratusan orang pemukim militan Israel, yang dilindungi oleh para prajurit bersenjata. Wilayah tersebut dilengkapi dengan sejumlah pos pemeriksaan militer dan wilayah-wilayah tertentu dibatasi bagi warga Palestina.

Sebelum menutup Masjid tersebut, para serdadu Israel mengintensifkan upaya pencarian dan penangkapan warga Palestina di jalan masuk menuju Masjid tersebut, mereka kemudian membatasi siapa-siapa saja yang diperbolehkan masuk. Pada akhirnya mereka sepenuhnya menutup Masjid tersebut meski kaum Muslim terus mengantri untuk dapat masuk ke Masjid untuk berdoa pada bulan Ramadhan.

Sekitar 150 orang pemukim Yahudi, dengan mendapatkan dukungan dari prajurit Zionis Israel, menerobos masuk Masjid Ibrahim di wilayah Ishakiyya di kota al-Khalil (Hebron), Tepi Barat.

Al-Jabari memperingatkan bahwa para pemukim ekstrimis tersebut akan melakukan segala upaya untuk menghalang-halangi umat Muslim agar tidak dapat memasuki Masjid Ibrahimi dan, yang lebih mengejutkan, melancarkan upaya busuk dan licik khas Yahudi untuk mengubah Masjid tersebut menjadi sebuah sinagog.

Zaid al-Jabari, kepala departemen wakaf dan sumbangan, pada hari Rabu (12/11) mengatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan pertama kalinya para pemukim Yahudi Zionis memasuki wilayah Masjid tersebut, sejak peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh Baroach Goldstein pada tahun 1994, dalam peristiwa tersebut tercatat 29 orang Muslim yang tengah berada di Masjid tersebut kehilangan nyawa dan 150 orang lainnya mengalami luka-luka.

Dia menambahkan bahwa sejak minggu lalu, pihak berwenang Israel telah menjatuhkan larangan kepada umat Muslim untuk mempergunakan pengeras suara saat melantunkan adzan.

Warga Muslim al-Khalil tidak diijinkan untuk menjalankan ibadah di Masjid Ibrahimi, salah satu situs Muslim suci di tanah Palestina.

Namun, seorang juru bicara Pemerintahan Sipil Israel, berkilah dan mengatakan bahwa penutupan tersebut hanya ditetapkan pada hari Sabtu. Setiap hari Jumat sepanjang bulan suci Ramadhan, Masjid tersebut dipergunakan secara eksklusif oleh umat Muslim.

Kepada Arab News, Al-Jabari mengatakan bahwa pasukan Israel juga menerapkan pengamanan ketat di kota tua Hebron untuk melindungi para pemukim Yahudi. Kompleks tersebut juga dikenal sebagai makam Nabi Ibrahim. Situs tersebut juga dijadikan situs suci kedua Yahudi setelah Kuil Kedua Yahudi. Situs tersebut juga merupakan tempat pemujaan umat Kristiani. Masjid Ibrahimi yang berusia 1.000 tahun adalah situs suci kedua umat Islam di Palestina, setelah Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.

Komite Shamgar bentukan pemerintah Israel membagi Masjid tersebut menjadi seksi Muslim dan Yahudi setelah peristiwa pembantaian yang terjadi pada tahun 1994 ketika seorang penjajah Yahudi menembaki umat Muslim yang berada di dalam Masjid untuk melaksanakan sholat Shubuh.

Sejak saat itu, otoritas Israel berulangkali melanggar hak-hak Muslim di Masjid Ibrahimi dengan cara melarang umat Muslim untuk beribadah di dalam Masjid, khususnya pada saat hari raya Yahudi.

Menurut kesepakatan sungai Wye yang ditandatangani oleh Benjamin Netanyahu (dalam masa jabatan pertamanya sebagai Perdana Menteri) dan mendiang Presiden Palestina Yasser Arafat pad atahun 1998, Hebron dibagi menjadi dua wilayah.

Area yang disebut area H1 berada dibawah kendali Palestina, sementara wilayah H2 dikuasai oleh Israel. Jumlah warga Palestina yang tinggal di wilayah H1 diperkirakan mencapai 150.000 orang, sementara pemukim Yahudi yang tinggal di H2 berjumlah sekitar 400 orang.

Hal serupa terjadi pada tahun 2006 silam, kala itu tentara Israel ditempatkan di dalam Masjid Ibrahimi. Karena mereka merasa "terganggu" dengan peningkatan jumlah Muslim yang datang ke Masjid untuk beribadah pada permulaan bulan Ramadhan, Israel menutup Masjid tersebut.

Para serdadu Zionis yang ditempatkan di Masjid tersebut menyatakan bahwa mereka "hanya" ingin memastikan bahwa para penduduk Yahudi yang bermukim secara ilegal di al-Khalil dapat merayakan peringatan Rosh Hashanah dengan damai.

No comments:

Post a Comment